Biosensor Aflatoxin Membawa Tim ITB Meraih Medali <b>Perak di</b> <b>...</b> - Blog Makanan di Perak |
Biosensor Aflatoxin Membawa Tim ITB Meraih Medali <b>Perak di</b> <b>...</b> Posted: 03 Feb 2014 07:25 PM PST
Ide Ari dan kawan-kawan dalam membuat biosensor untuk mendeteksi Aflatoxin-lah yang telah membawa mereka sampai ke Hongkong dan meraih medali silver. Proses penggalian ide sampai dengan terwujudnya ide tersebut memakan waktu selama hampir satu tahun. Alfatoxin merupakan zat beracun yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus sp. Jamur ini menyerang makanan seperti kacang-kacangan jagung, dan sebagainya.
Selain menyerang kesehatan, aflatoxin juga dapat berdampak pada ekonomi dan ketahanan pangan di negara berkembang, seperti Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sekaligus pengekspor kacang. Ketika kacang yang telah terkontaminasi oleh aflatoxin tidak dapat terdeteksi, hal ini akan memperbanyak jumlah kacang yang akan terkontaminasi sehingga akan menimbulkan kerugian yang jauh lebih besar. Hal ini menimbulkan "efek domino", ketika banyak kacang yang terbuang karena semakin banyak yang terkontaminasi sehingga permintaan kacang akan naik sedangkan jumlah kacang yang tersedia tetap. Ini akan menimbulkan kenaikan harga kacang yang akan berimbas kepada kenaikan harga bahan pangan lainnya. Maka dari itu biosensor hasil karya Ari dan kawan kawan merupakan jawaban dari permasalahan ini. Sebelumnya memang sudah ada alat pendeteksi aflatoxin tetapi harganya masih mahal karena menggunakan enzim sebagai penyusun utamanya. "Karena harganya yang mahal, alat ini ini masih belum dapat terjangkau oleh kalangan petani, padahal petani-lah yang sangat membutuhkan alat pendeteksi adanya aflatoxin," tutur Ari. Oleh karena itu Arin,dkk memunculkan ide yang sangat brilian, yakni menciptakan biosensor aflatoxin berbasis sel Escherichia coli. "Harga biosensor yang diciptakan oleh Ari,dkk lebih murah dibandingkan alat pendeteksi sebelumnya jika diproduksi secara massal," tambah Ari.
Sintetik Biologi di Indonesia Sintetik Biologi merupakan ilmu yang sangat penting untuk dikembangkan karena sintetik biologi dapat mempermudah proses di industri, militer, kesehatan,dll. Tetapi saat ini sintetik biologi di Indonesia masih belum banyak dikembangkan. "Salah satu alasan mengapa indonesia masih tertinggal dalam bidang ini adalah psikologis masyarakat yang masih belum siap menerima synbio yang dianggap sebagai playing God", Jelas Dimas. Melalui sintesis biologi, manusia dapat 'menciptakan' makhluk hidup dengan sifat-sifat yang diinginkan, inilah yang dimaksud playing god. Salah satu dampak jika synbio digunakan dengan tidak bijak adalah terjadinya ketidakseimbangan ekosistem. "Walaupun kita tahu bahwa synbio sangat mempermudah hidup kita tetapi kita harus tetap sebijak mungkin dalam melakukan genetic modification serta tidak melanggar bioethics," jelas Ari. Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang melimpah serta kualitas sumber daya manusia yang tidak kalah oleh bangsa lain. Oleh karena itu bukan tidak mungkin bagi Indonesia untuk menjadi negara yang terdepan dalam bidang sintetis biologi. "Para generasi muda di Indonesia diharapkan mampu membangun semangat kolaborasi antar disiplin ilmu dan menekan arogansi masing-masing serta aware dengan perkembangan teknologi yang ada," tutup Dimas. Dengan begitu harapan untuk mengembangkan synbio di Indonesia bukanlah mimpi belaka. Sumber Gambar : Dokumentasi Tim ITB dalam IGEM 2013 |
You are subscribed to email updates from Makanan di Perak - Google Blog Search To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
No comments:
Post a Comment